Masih teringat jelas kenanganku masa
kecil dulu, saat mama membuat cemilan enak untuk anak-anaknya. Bolunya
sederhana banget, warnanya cokelat gelap, topingnya pake parutan kelapa atau
gula halus, bentuknya petak memanjang gitu aja. Sekilas gak menarik ya...hehee..Eits,
tapi jangan salah...soal rasa yammiiii banget! Dan pada akhirnya bolu buatan
mama ini jadi most popular di kalangan keluarga besar. Kalo si manis ini gak nongol
pasti semua pada nanya sama mama “kok gak buat roti bantet lagi nies ?” “kangen
roti bantet buatanmu nies...”
potret masa kecilku dan aku kini bersama anak anakku
Yup ! jaman dulu kami bilang bolu
kukus buatan mama tuh roti bantet, karena memang bentuknya yang bantet alias
nggak mengembang dan cenderung sedikit keras. Nah sekarang kami baru tahu kalo
namanya tuh brownies !
Jadi, brownies adalah bolu yang sangat akrab di keluarga kami. Selain bahannya mudah didapat, cara membuatnya juga mudah, rasanya nikmat, brownies juga pas disajikan di segala momen, mulai menemani minum teh, dibawa bekal ke sekolah sampai untuk hidangan acara-acara keluarga maupun arisan.
Semakin lama berkembang, brownies
semakin memiliki berbagai varian rasa dan olahan. Kalau dulu mama menghiasi
browniesnya dengan toping parutan kelapa atau gula halus yang diayak, sekarang
brownies sudah dapat dinikmati dengan berbagai toping seperti keju,
buttercream, cokelat, selai buah, dsb. Variannya juga nggak hanya dipanggang
tapi juga dikukus.
Sebenarnya aku juga bukan ahli
membuat kue sih, cuma untuk warisan kelezatan keluarga kami yang satu ini
kayaknya aku harus belajar membuatnya. Meski rasanya tak seenak buatan mama,
paling tidak aku bisa mempersembahkan brownies ala diriku untuk suami dan
anak-anak. Dan aku yakin, makanan jika dibuat dengan sepenuh hati maka rasanya
pun akan nikmat.
Anyway, 22 Desember 2015 lalu adalah pertama kali aku membuat brownies. Entah kenapa, di momen Hari Ibu aku ingin sekali mencoba membuat brownies. Bagiku, brownies bukan hanya sekadar warisan kelezatan tapi juga simbol rasa sayang dan kehangatan keluarga.
Dengan semangat aku membuat
brownies. Membaca resep, menyiapkan bahan, mengikuti satu per satu langkah
pembuatannya daaannn voilaaaa...jadilah brownies parutan keju pertamaku. Meski bentuknya
masih acakadut dan ala kadarnya, tapi bangga banget bisa membuatnya. Kupersembahkan
brownies ala diriku untuk suami, mama dan anak-anak. Banyak koreksi sih dari
mama, tapi so far rasanya nggak mengecewakan lah...hehee...
brownies kasih ibu...brownies pertamaku
Saking bahagianya, aku menamakan
brownies pertamaku itu “brownies kasih ibu” karena membuatnya tepat di Hari Ibu
dan dibuat dengan penuh kasih.
Sebagai pekerja kantoran, aku
memang jarang punya waktu banyak untuk membuat brownies atau kue kue lainnya. Di
era yang serba modern ini, efektifitas adalah penting sehingga solusi terbaik
agar bisa menikmati brownies adalah dengan membeli di toko. Apalagi mama sudah
tidak muda lagi, faktor usia membuat mama juga tak lagi sanggup bergelut dengan
dapur.
brownies keduaku
kastangel-hasil karyaku lainnya
Beberapa waktu lalu aku coba membuat
brownies lagi. Masih dengan resep yang sama dan hasil juga tak jauh beda. Namun
kali ini lebih baik lah dari brownies pertamaku. Anak anak juga lebih lahap
menyantap browniesku kali ini. Brownies keju jadi pilihan utama karena anak
anak memang sangat menggemari keju. Oya, selain belajar membuat brownies aku
juga belajar membuat olahan keju lainnya seperti kastangel.
Bahan-bahan membuat brownies sederhana aja kok, gula pasir, dark cokelat, margarin, telur, sedikit garam, tepung terigu serta bahan toping keju atau sesuai selera. Cara membuatnya juga mudah, lelehkan mentega, masukkan cokelat dan garam, aduk. Kocok telur, masukkan tepung terigu dan gula pasir, aduk. Campurkan kedua adonan tersebut (lelehan mentega dan adonan tepung) tuang ke cetakan lalu panggang. Kalau kami menambahkan topingnya setelah brownies matang, yaitu parutan keju. Ini dikarenakan anak anak suka dengan keju yang segar. Mudah dan sederhana bukan ? Jika ingin berinovasi lagi, saat ini sudah cukup banyak resep brownies tersebar di internet, jadi kenapa tidak kita manfaatkan itu semua untuk berkreasi dalam membuat karya bakery ?!
At last, setiap keluarga pasti memiliki warisan kelezatan yang berbeda-beda. Warisan kelezatan itu bukan hanya memiliki makna rasa tapi lebih dari itu yaitu sebagai simbol kehangatan dalam keluarga. Dalam keluarga kami, brownies adalah wujud dari goodness from heritage, warisan kelezatan keluarga yang mampu merajut setiap kenangan masa kecil, mengabadikan tali silahturahmi keluarga serta menyatukan anak cucu secara turun temurun. Wow hebat ya segala kebaikan yang didapat dari setiap warisan kelezatan !
Nah, jika warisan kelezatan
keluargaku adalah brownies...bagaimana dengan kamu ?