cerita ala bunda

hayalan dan kenyataan menjadi sebuah cerita

Hari Pendidikan, masihkah layak untuk diperingati ?


hardiknas 2013
Hari pendidikan..masih layakkah untuk diperingati dengan kondisi pendidikan kita yang masih amburadul ? lalu apa esensi dari hari pendidikan itu sendiri ? mengingatkan kita bahwa pendidikan itu penting ? sementara pemerintah sendiri tidak bisa menjamin anak negeri bisa mengenyam pendidikan dengan layak dan nyaman. Justru realitanya pendidikan semakin mahal, sehingga hanya bisa dijangkau oleh segelintir kelompok saja..yang lainnya ? who knows…
Sistem pendidikan yang masih mengedepankan kuantitas ketimbang kualitas sepertinya tidak bisa kita pungkiri. Nilai masih menjadi titik penentu prestasi siswa. Rapor juga yang menentukan siswa naik atau tinggal kelas dengan tradisi yang masih melekat jika tinta merah berarti nilai jelek dan tinta hitam berarti nilai bagus..
Tahukah, bahwa central lock kecerdasan siswa itu berbeda-beda. Ada siswa yang memang cerdas dalam IQ-nya, ada siswa yang cerdas secara EQ, juga ada siswa yang cerdas pada SQ-nya..dan hal itu hendaknya menjadi acuan bagi sistem pendidikan kita, bahwa nilai yang berujud angka-angka tidak menjamin kualitas setiap siswa..bahkan ada siswa yang menonjol di sistem sensoriknya, dan ada juga yang lebih bagus motoriknya.
Lalu apakah standar penilaian pendidikan kita hanya bersandar pada kecerdasan IQ semata ??? apakah siswa lain dengan kemampuan di sektor lain dianggap tidak cerdas ? dianggap tidak memenuhi kriteria penilaian ? sementara kalau kita menilik dari negara-negara maju, dalam bentuk apapun prestasi yang ditunjukkan siswa kesemuanya mendapatkan pengakuan dan penghargaan. Bahkan jangan heran jika di luar negeri ada beasiswa bagi mereka yang berprestasi di bidang apapun..seni, olahraga, keilmuan, dll. Dan pemerintah bekerja untuk mengarahkan mereka sesuai dengan bakat dan minatnya. Jadi, siapapun berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan nyaman.
Meneropong pendidikan kita ? jangan terkejut ketika menjumpai ada sekolah tanpa atap, sekolah berlantai tanah, bahkan ada sekolah yang sesaat lagi akan roboh..dan ini bukan konsep sekolah alam loh..jadi ini benar-benar kondisi realitas betapa masih buruknya pendidikan di Indonesia..korupsi merajalela, kurikulum yang semakin tidak terarah, sampai merosotnya moralitas guru hingga berdampak buruk di semua lini kehidupan.
Masih hangat di ingatan kita, bagaimana carut marutnya sistem UN kemarin hingga tingkat pusat, bagaimana terkuak kasus-kasus kekerasan dan asusila yang dilakukan oleh oknum guru, bagaimana muncul kasus siswa bunuh diri karena tidak lulus UN, bagaimana beredarnya buku-buku pelajaran yang tidak layak karena mengandung unsur pornografi, hingga bagaimana maraknya terjadi sengketa lahan sekolah dengan masyarakat…sungguh ironis bukan ???
Buramnya sistem pendidikan kita tak lepas dari kontrol pemerintah yang seharusnya menjamin pendidikan bagi anak-anak negeri tapi kenyataannya tidak. Sense of belonging yang semestinya harus dimiliki oleh penggerak sistem pendidikan sudah tenggelam oleh kepentingan-kepentingan pribadi atau golongan. Rasa tanggungjawab untuk mencerdaskan anak bangsa sudah tiada lagi…dan inilah yang harus mulai kita bangun kembali..bahkan seluruh elemen masyarakat sudah saatnya dilibatkan dalam mendukung kualitas sistem pendidikan kita..sebab pada dasarnya kembali lagi bahwa sistem pendidikan terkecil dalam masyarakat adalah keluarga..selain itu stop stigma di kelompok bursa kerja bahwa syarat untuk bekerja adalah berpatokan pada nilai sekolah..kini mestinya skill juga harus dikedepankan agar tidak mencetak generasi bangsa yang pengangguran.
sudah saatnya kita teruskan perjuangan Ki Hajar Dewantara setidaknya dengan tidak menyelewengkan apa yang sudah menjadi tanggungjawab kita bersama..sederhana dan harus dimulai dari diri sendiri...

0 komentar:

Posting Komentar