cerita ala bunda

hayalan dan kenyataan menjadi sebuah cerita

Hero itu bilang : “Aku Mau Pintar Rame-Rame…”



Hero itu nggak harus bisa terbang…nggak harus rupawan…nggak harus punya kekuatan ajaib
Hero itu adalah mereka yang memiliki ketulusan, menginspirasi dan mampu mengubah segala sesuatu menjadi lebih baik…dan siapa saja bisa menjadi hero…


Hero itu bernama Amara (dok:pribadi)
Namanya Amara. Usianya baru 13 tahun. Seperti anak-anak seusianya, ia gemar bergaul, bersocial media maupun mengikuti tren terkini. Tapi yang membuatnya berbeda, ia memiliki impian yang hampir tidak dimiliki oleh anak-anak seusianya, yaitu ingin membangun perpustakaan desa agar masyarakat di desanya mempunyai budaya gemar membaca. Sebab, menurutnya membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca, ilmu pengetahuan seseorang akan terus bertambah sehingga memacu untuk terinspirasi dan kreatif. Inspirasi dan kreatifitas inilah yang nantinya akan dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat di desanya melalui program ekonomi kreatif. 

Terlahir dari keluarga sederhana, Amara tetap bisa menunjukkan prestasinya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di sekolah ia selalu juara I, begitu pun saat mengikuti perlombaan ilmiah, dia juga mendapatkan juara. Ia menyadari bahwa kemauan untuk belajar telah mengantarnya pada sebuah keberhasilan. Dan membaca adalah salah satu bagian dari proses belajar….bayangkan jika semua orang mau membaca…mau belajar…jarak keberhasilan itu akan semakin dekat.

Amara juga bergaul seperti anak seusianya (dok:pribadi)
Amara prihatin saat melihat anak-anak di desanya lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengobrol antar tetangga, bermain game atau bahkan hanya sekadar nongkrong di jalanan. Sungguh waktu terasa seperti bukan sesuatu yang berharga sehingga tidak perlu digunakan untuk hal-hal yang lebih manfaat.

Dari sinilah Amara mencoba untuk mewujudkan impiannya, meski masih bersifat sangat sederhana. Dibantu sang ayah, ia menjadikan teras rumahnya sebagai tempat untuk belajar, baik membaca, menulis maupun memahami sebuah mata pelajaran. Ia menamakannya “Rumah Pintar Ayem Tentrem”. 

Amara Juara Olimpiade Matematika (dok:pribadi)
Amara mengumpulkan buku-buku baik dari koleksi pribadinya maupun sumbangan dari teman-temannya. Ia mempersilahkan siapa saja untuk datang ke Rumah Pintar untuk sekadar membaca, menulis, diskusi atau mengerjakan tugas/PR dari sekolah. Amara akan dengan senang hati mendampingi dan membantu semaksimal mungkin mereka yang mau datang dan belajar bersama di Rumah Pintar.

Setahun sudah Rumah Pintar Ayem Tentrem berdiri. Meski masih sangat sederhana, tapi jangan ditanya manfaatnya. Masyarakat desa Dengok, terutama anak-anaknya, kini telah terbiasa dengan budaya membaca. Setelah pulang sekolah tak sedikit dari mereka yang datang ke Rumah Pintar untuk membaca. Sebagian diantaranya meminta Amara untuk membantu belajar mata pelajaran yang tidak dimengerti. Amara menjelaskan dengan “Bahasa” anak-anak seusianya, sehingga mereka lebih mudah mengerti.

Rumah Pintar Ayem Tentrem Desa Dengok (dok:pribadi)

Bagiku, Amara adalah hero. Kepolosan dan ketulusannya mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tekadnya di dunia belajar dan membaca berusaha ditularkan kepada anak-anak di desanya. 

Suatu hari aku pernah bertanya pada Amara : “kenapa kamu terfikir untuk membuat Rumah Pintar ini Ara ?”

 

Ia menjawab : “aku tidak mau pintar sendiri…aku mau pintar rame-rame…kalau perlu semua anak-anak di desa ini pintar dan jadi juara semuanya…!”

 Aku tersenyum, jawaban polos dan tulus inilah yang membuatku kagum dan mengukir namanya di hatiku bahwa ia adalah “Hero”…bukan hanya di mataku tetapi juga seluruh masyarakat desa Dengok.

Semoga semua impianmu untuk menjadikan Indonesia Pintar akan terwujud…!